Geliat Generasi Muda Membawa Kopi Papua Makin Berjaya
Meningkatnya tren minum kopi membuka peluang bagi banyak orang untuk meningkatkan taraf kehidupan, khususnya ekonomi dari industri kopi. Tetapi seolah perkembangan industri kopi lebih berat di sektor hilir dibandingkan sektor hulu. Padahal kedua sektor harus seimbang agar industri kopi di Indonesia semakin maju.
Seperti di Papua, banyak generasi muda yang masih enggan kembali ke kebun kopi. Hal itu diakui oleh pengiat kopi asal Yahukimo, Papua, Yafeth Watifo. "Masih banyak anak muda yang gengsi untuk memulai usaha di bidang perkopian, padahal banyak dari mereka yang keluarganya punya kebun kopi. Ini bisa diterukan oleh mereka," ujarnya.
Yafeth yang memulai usaha kopi sejak 2014, dan mendirikan Highland Roastery, mengaku memang masih banyak masalah-masalah yang ditemukan di tingkat petani. Salah satu yang paling klasik adalah mengenai pengetahuan petani soal pascapanen serta cara menyimpan kopi.
"Contoh dalam proses pascapanen, pengetahuan petani masih banyak yang terbatas pada cara yang diajarkan dari jaman belanda dulu, yakni sekitar wash dan semiwash," ucapnya.
Baca Juga:
Kopi Papua, Kopi Eksotis Favorit Ratu Belanda
Tradisi Kuramasan Sambut Ramadhan Digelar di Kampung Adat Cianjur
"Itu pun prosesnya belum sesuai dengan standar. Kemudian tempat penyimpanan, karena kopi ini sifatnya absor atau meyerap kondisi sekitar, tetapi masih banyak petani yang menyimpan sembarangan biji kopi mereka, akhirnya ini mempengaruhi rasa kopinya," ujarnya melanjutkan.
Yafeth mengatakan, ketidakkosistenan rasa membuat banyak kopi-kopi dari petani yang tidak laku dijual. Akibatnya, banyak yang kemudian tidak sabar dan beralih dari kopi ke tanaman ekonomis lainnya. Yafeth melanjutkan, ia dan kelompoknya kerap melakukan edukasi dan turun ke petani-petani, namun memang tidak mudah mengubah kebiasaan menanam petani-petani kopi di Papuaz
"Kalau disini kan tidak seperti di Jawa yang satu perkebunan dibuka luas. Disini tersebar, berdasarkan klan-klan atau milik suku-suku, jadi kontrol dan edukasinya pun sulit. Kami dari anak-anak muda mencoba memberikan edukasi, masuknya pun harus perlahan-lahan," katanya.
Baca juga:
Raja Ampat dan Episentrum Segitiga Terumbu Karang Dunia
Jogbel Kopi, Kedai Kopi tak Biasa di Muntilan
Yafeth mengungkap cerita bagaimana proses membantu petani dalam meningkatkan kualitas hasil panennya. Ia mengatakan, awalnya susah biji- biji kopi petani binaannya terserap di pasar. Ia mengatakan hal itu disebabkan karena grade yang belum bagus, belum specialty, bahkan tak jarang gabah kopi masih bercampur dengan batu dan kayu. Belum lagi sulitnya mengontrol konsistensi rasa jika panen sedang banyak.
"Kami coba beli dalam bentuk gabah, kami cari sumber-sumber kopi yang bagus, kami perbaiki kualitas dulu, begitu kualitas bagus harga mengikuti, sekarang sih pasarnya besar," jelasnya.
Yafeth percaya kopi bisa menjadi salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab mulai dari sektor hulu dan hilir, kopi bisa mendatangkan keuntungan.
Baca juga:
Kopi Kawa, Sensasi antara Ngopi dan Ngeteh
6 Tips Memanfaatkan Kopi Lama dan tak Segar di Rumah
"Komoditas kopi ini banyak titik-titik yang bisa menjadi peluang untuk mendatangkan pendapatan, seperti saya mengambil titik sebagai roastery, masih banyak lagi lainnya yang bisa dimanfaatkan, mulai dari kebun hingga usaha-usaha olahan kopi, ini semua bisa mendatangkan keuntungan jika dimanfaatkan," katanya.
"Yang saya tahu, setiap hari orang pasti minum kopi, jadi pasti ada uang yang berputar di bisni kopi. Jadi yang terpenting kita mau bergerak dan memanfaatkan peluang," tegasnya.