Kopi Owa, Kopi Nikmat tapi Bukan dari Feses Owa
Nama kopi Luwak pasti sudah sangat familiar terdengar di telinga, namun pernahkan kawan-kawan mencoba kopi Owa?. Kopi Owa termasuk salah satu kopi asal Jawa Tengah yang patut untuk dicoba.
Tenang, meski namanya Kopi Owa, tetapi biji kopi ini tidak diambil dari feses atau kotoran Owa seperti pada kopi Luwak. Kopi Owa sebenarnya merupakan kopi yang berasal dari hutan Petungkriyono, yang berada di Dusun Soko Kembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriono, Kabupaten Pekalongan. Kopi Owa juga bisa disebut sebagai Kopi Petung atau Kopi Soko Kembang (tergantung penjualnya).
Nama Kopi Owa sendiri diberikan lantaran pohon-pohon kopi tumbuh di dalam hutan lindung, yang menjadi tempat konservasi untuk melindungi Owa Jawa, salah satu primata endemik asal Pulau Jawa. Dengan memberikan menambahkan nama Owa pada kopi ini, diharapkan selain semakin membuat masyarakat penasaran dan tertarik, juga agar masyarakat semakin sadar untuk melindungi Owa Jawa dari kepunahan.
Baca juga:
Mencicipi Nasi Gudeg dengan Sambel Roa di Jawa-Manado Resto
Kesalahan Masa Lalu Bikin Kopi Sipirok Kurang Tenar
Di hutan ini, bukan hanya terdapat kopi jenis arabica saja, namun kita juga bisa menemukan pohon kopi robusta dan ekselsa. Maklum saja, sebab hutan tempat kopi ini tumbuh berada di ketinggian antara 900-1600 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga cocok untuk menanam tiga jenis kopi yang populer di Indonesia.
Pohon-pohon kopi yang ada di hutan Petungkriyono dan Soko Kembang, tergolong pohon-pohon kopi tua. Sebab, awalnya pohon-pohon kopi ini ditanam oleh orang-orang Belanda ketika kopi asal Indonesia, khususnya Jawa, tengah menjadi primadona di dunia. Sehingga masih banyak varietas kopi typica yang bisa kita temukan di sini. Seperti diketahui, kala wabah karat daun atau hemilea vastatrix meluluhlantahkan pohon-pohon kopi arabica di Jawa, orang-orang Belanda kemudian membawa dan menanam kopi jenis robusta serta ekselsa, sebagai pengganti arabica. Karena itulah kita juga bisa menemukan pohon-pohon kopi robusta dan ekselsa disini.
Baca juga:
Menebus Dosa Masa Lalu pada Alam Lewat Kopi
Sensasi Seduhan Teh Kopi Cascara
Yang unik, pohon-pohon kopi ini sempat tak terurus, lantaran ditinggal begitu saja oleh orang-orang Belanda. Hal ini yang membuat kopi tumbuh secara alami dan organik, tanpa adanya pestisida sebagai pupuk. Masyarakat sekitar juga hanya merawat pohon kopi yang ada dengan cara membersihkan tanaman liar di sekitar pohon-pohon kopi. Awalnya, kopi ini dikelola oleh Kelompok Konservasi SwaraOwa. Namun, kini banyak masyarakat sekitar hutan yang juga menanam kopi karena punya nilai ekonomis yang tinggi.
Masa panen kopi Owa biasanya terjadi pada bulan Mei hingga Juni. Kopi arabica dari hutan Petung dan Soko Kembang punya karakter manis yang dominan seperti gula aren, chocolate dan dengan tingkat keasaman yang rendah. Sementara robusta punya rasa dark chocolate yang dominan. Kopi Owa bukan hanya mempunyai rasa yang nikmat, namun kopi ini juga menjadi harapan bagi masyarakat sekitar hutan Petung dan Soko Kembang untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka, tanpa harus merusak alam. Jadi yuk mlipir coba kopi Owa.