Sejarah

Apa Beda Tea dan Cha? Ini Sejarah Munculnya Nama Teh

Jika kita berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan, mungkin sering menemukan booth atau outlet yang menjual menu minuman kekinian dengan berbahan dasar teh. Namun, mereka tidak menggunakan nama teh atau tea, tetapi menggunakan nama Cha, seperti Chatime dan sebagainya. Apa sih bedanya teh dan cha itu?

Sebenarnya tidak ada beda antara cha dan teh. Mungkin karena jalur penyebarannya saja, maka kita di Indonesia memberikan nama teh untuk minuman hasil seduhan dari tanaman bernama ilmiah Camellia Sinesis. Lalu bagaimana sejarah asal mula nama teh atau cha muncul.

Seperti kita ketahui, tanaman teh dipercaya ditemukan dan dikonsumsi pertama kali pada tahun 2737 sebelum masehi (SM) oleh seorang ahli pengobatan asal China bernama She Nong Shi. Saat itu, She Nong Shi belum secara khusus memberikan nama untuk tumbuhan yang ditemukannya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Secangkir teh (foto: ilustrasi)
Secangkir teh (foto: ilustrasi)

Nama teh baru muncul pada era Dinasti Zhou sekitar tahun 1115 SM. Masyarakat disana mengenal teh dengan nama "Er Ya", dan kala itu teh masih dianggap sebagai ramuan untuk obat.

Kemudian pada masa Dinasti Han, teh mulai berkembang sebagai minuman dan bukan hanya ramuan obat. Selain itu, teknik menyeduh teh juga mengalami perbaikan. Pada masa Dinasti Han, minuman hasil seduhan dari tanaman bernama ilmiah Camellia sinensis itu dikenal dengan "Jia" yang berarti "minuman dengan rasa pahit". Pada masa itu, teh hanya dikonsumsi oleh keluarga kerajaan dan bangsawan saja.

Teh baru populer sebagai minuman pada masa Dinasti Tang sekitar abad ke-7, dan dikenal dengan nama "Cha". Pada masa itu, teh sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Dinasti Tang, China. Pada masa Dinasti Tang pula muncul seorang sastrawan bernama Lu Yu.

Baca juga:

Sensasi Kopi Ditambah Arang Membara, Ini Kopi Jos

Minum Kopi Setelah Vaksin Booster Covid Boleh Gak Sih?

Lu Yu dikenal sebagai orang yang menulis buku berjudul "Cha Ching" atau The Classic of Tea, yang memuat lengkap segala hal tentang teh. Tak heran kemudian dirinya mendapat julukan "Dewa Teh dari Hupei". Selanjutnya teh menyebar ke negara-negara sekitar China seperti Jepang, seiring dengan banyaknya orang yang mempelajari agama Zen Budha ke China. Hingga kini, upacara minum teh di Jepang masih bisa kita temui dan upacara itu terinspirasi dari buku "Cha Ching" karangan Lu Yu.

Nama "Cha" terus bertahan bahkan hingga era perdagangan di jalur sutra. "Cha" menjadi komoditas yang dibeli oleh kafilah dari Asia Tengah untuk kemudian dijual kembali ke negara-negara di Timur Tengah. Setelah itu datanglah orang-orang Eropa ke daratan China untuk berdagang. Kala itu, bangsa Portugis yang pertama kali membeli "Cha" dari Fujian. Nah, "Cha" dalam dialek Fujian dilafalkan sebagai "tey".

Pemetikan daun teh (foto) ilustrasi.
Pemetikan daun teh (foto) ilustrasi.

Karena pedagang Portugis kesulitan pelafalan, kata "Tey" kemudian berubah menjadi "Tee". Nama "tee" kemudian diperkenalkan para pedagang Portugis ke negaranya. "Tee" kemudian menjadi minuman yang disukai, namun pada masa itu hanya kalangan bangsawan saja yang bisa menikmatinya. "Tee" kemudian menyebar ke Inggris, setelah seorang putri dari Kerajaan Portugal menikah dengan Pangeran dari Inggris.

Secara perlahan, "Tee" mulai disukai juga oleh kalangan bangsawan Kerajaan Inggris. Pelafalan kata "Tee" kemudian berubah menjadi "Tea" oleh orang-orang Inggris. "Tea" kemudian semakin populer bukan hanya di kalangan bangsawan dan kerajaan namun juga seluruh lapisan masyarakat Inggris. Nama "tea" menyebar ke negara-negara lain jajahan Inggris. Itulah sebabnya masyarakat dunia internasinonal menggunakan nama "Tea" untuk jenis minuman seduhan dari Camellia sinensis.

Baca juga:

Perang Berebut Monopoli Perdagangan Kopi di Toraja

Ada Mantri Kopi di Surakarta

Lalu, kenapa kita di Indonesia menggunakan nama teh bukan "tea" atau "cha"? Jawabannya kembali ke masa kolonial Belanda. Orang-orang Belanda menyebut minuman itu "thee", nah karena Belanda pernah lama menjajah Indonesia, kata "thee" terserap menjadi "teh" seperti yang kita gunakan hingga saat ini.

Belanda merupakan dua negara pertama, bersama dengan Portugis, yang menjadikan teh sebagai komoditas perdagangan. Bahkan, Inggris pernah menjadi langganan Belanda dalam membeli teh. Biasanya Belanda membeli teh dari Fujian, China, kemudian dibawa ke Indonesia, tepatnya Banten.

Orang-orang Inggris kemudian datang ke Banten untuk membeli teh dari Belanda. Alasan Belanda hanya menjual teh di Banten, mungkin agar Inggris tidak mengetahui dari mana mereka mendapat suplai teh. Meski begitu, Inggris pada akhirnya berhasil menguasai perdagangan dan bisa membeli langsung dari China.

Sumber:

Teh Minuman Bangsa-bangsa di Dunia, Prawoto Indarto

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Bacaan ringan untuk menemani minum kopi atau teh