Demi Kopi Berkualitas, Luwak Pun Diajak Bertransmigrasi

Umum  

Kopi luwak merupakan salah satu kopi khas Indonesia yang terkenal di dunia. Kopi ini menjadi salah satu yang termahal, karena selain punya rasa yang unik dan nikmat, juga sulit dan terbatasnya biji kopi Luwak.

Kopi luwak yang kita bahas disini bukan yang dijual dalam bentuk sachet dan banyak ditemukan di warung-warung ya, tetapi ini adalah kopi yang diambil langsung dari kotoran luwak. Mungkin sebagian orang merasa jijik, tetapi tentu saja untuk mendapatkan kopi luwak berkualitas, petani-petani dan produsen-produsen telah melewati berbagai tahap hingga kopi aman untuk dikonsumsi.

Luwak dalam penangkaran.
Luwak dalam penangkaran.

Kenikmatan kopi luwak membuat permintaan di pasaran terus meningkat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tingginya permintaan membuat harga jenis kopi ini cenderung meningkat. Hal inilah yang membuat para petani maupun perusahaan-perusaan kopi nasional semakin gencar mengembangkan kopi luwak.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Salah satu perusahaan yang melirik keuntungan dari penjualan kopi luwak adalah PT Sulotco Jaya Abadi. Di perkebunan mereka yang berada di Rante Karua, Bittuang, Toraja, perusahaan ini membuat penangkaran khusus untuk Luwak demi mendapat biji kopi yang berkualitas.

Ada cerita yang unik dan menarik dari kopi luwak dari PT Sulotco. Untuk mendapatkan green bean kopi, perusahaan ini harus melakukan 'transmigrasi' luwak dari Gunung Ijen, Bondowoso, Jawa Timur ke Toraja. Hal tersebut, karena luwak-luwak dari hutan yang ada di sekitar perkebunan mereka di Toraja tidak doyang mengkonsumsi ceri kopi.

"Luwak-luwak yang ada di perkebunan kami didatangkan dari Pegununungan Ijen, Bondowoso, Jawa Timur. Jadi bukan orang saja yang bertransmigrasi tetapi luwak juga," ujar Research & Development Staff PT Sulotco Jaya Abadi, Agnes Hoki.

"Kami harus membawa luwak dari Jawa Timur, karena umumnya luwak yang ada disini (Toraja) itu bukan tipe pemakan ceri kopi. Kalau luwak yang suka memakan ceri kopi itu berasal dari Pulau Jawa dan Sumatra," ucapnya menambahkan.

Baca Juga:

Ngopi di Coffee Right Serasa Ngopi di Tengah Hutan

Peluang Bisnis Itu Bernama Industri Kopi Rumahan

Tempat Ngopi Bernuansa Bali di Bawah Tol Andara

Minum Kopi Saat Puasa Senin Kamis, Apa Efeknya?

Agnes melanjutkan, pihaknya meneliti luwak atau musang mana yang paling bagus dalam menghasilkan green bean kopi. Menurutnya diantara beberapa jenis, musang pandan adalah yang paling bagus untuk dikembangbiakan.

"Karena kami menilai dari kopi dan citarasa yang dihasilkan paling bagus. Luwak pandan itu paling pintar, hanya memakan ceri kopi yang benar-benar matang merah saja. Jadi hasil kopinya yang paling bagus, dari semua aspek yang kita mau, ini yang paling bagus untuk kembangan di Tana Toraja," jelasnya.

Agar Luwak bisa menghasilkan green bean berkualitas, Luwak ditempatkan dalam penangkaran yang dibuat menyerupai habitan aslinya, dan berada di tengah perkebunan kopi. Agnes mengatakan, pihaknya juga tidak memaksakan luwak terus memproduksi green bean atau biji kopi mentah. Dalam arti, luwak yang ada dipenangkaran tidak selalu diberikan makan ceri kopi saja, namun juga makanan lain seperti yang biasa mereka dapati di habitanya seperti daging dan buah-buahan lainnya.

"Kalau produksi, perhari satu luwak paling banyak menghasilkan 50 gram green bean. Jadi total dalam setahun (selama masa panen raya mulai bulan April sampai September) bisa sekitar 10 hingga 20 ton kopi luwak green bean," jelasnya.

Agnes juga memastikan pihaknya sudah secara ketat menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan, dan tidak ada eksploitasi atau penyiksaan terhadap luwak di tempatnya. Ia mengatakan, pihaknya sudah membuat kandang yang sesuai agar luwak-luwak itu bisa hidup dengan nyaman.

Salah satu perbedaan rasa yang paling besar dari kopi luwak dibandingkan kopi Toraja adalah rasanya yang smooth alias ringan. Tidak ada rasa getir saat kita menyeruput kopi ini. note rasa manis coklat seperti yang umum ditemukan di kopi-kopi Toraja masih terasa di kopi luwak, namun nyaris tanpa rasa asam (acidity).

Meski kopi ini diambil dari kotoran luwak, namun saat diseduh tidak ada aroma yang tidak menyenangkan tercium dari kopi ini. Sebaliknya, aroma buah bercampur coklat yang menyenangkan yang dominan tercium dari seduhan kopi ini.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Bacaan ringan untuk menemani minum kopi atau teh

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image