Kegagalan Arabikanisasi Kopi Lampung
JAKARTA — Lampung dikenal sebagai buminya robusta. Penyebutan ini karena perkebunan kopi yang mendominasi Lampung adalah jenis kopi robusta. Sedikit sekali spesies lain seperti arabika atau liberika ditemui di wilayah ini.
Padahal secara geografis Lampung memiliki tiga gunung yang ketinggiannya memadai untuk budidaya arabika: Gunung Pesagi di Kabupaten Lampung Barat dengan ketinggian 2.239 meter; Gunung Tanggamus dengan tinggi 2.102 meter di Kabupaten Tanggamus; dan Gunung Tangkit Tebak (2.115 meter) di Kabupaten Lampung Utara. Namun, nyaris seluruh perkebunan kopi di Lampung menanam robusta.
Barista Cewek Nge-Hits di Kafe Arab Saudi
“Bukan tidak ingin menanam arabika. Ketinggian lahan di Lampung memungkinkan. Namun Lampung seperti ditakdirkan lebih cocok dengan robusta,” ungkap salah satu pegiat dan petani kopi di Lampung Barat, Suparyoto, soal budidaya arabika.
Sebenarnya sudah ada upaya untuk mengubah jenis kopi robusta ke arabika. Namun proses arabikanisasi ini gagal.
Membaptis Kopi agar Bersih dari Dosa
Arabikanisasi pernah dilancarkan di Lampung pada 1992. Beberapa petani di Desa Ngarip, Ulu Belu, Tanggamus, misalnya, mengaku sampai menimba ilmu untuk itu. Mereka mengikuti beberapa pendidikan dan pelatihan di Jember, Kalibendo di Banyuwangi, dan Kintamani di Bali. Sebanyak 300 ribu benih arabika ditebar di Lampung.
Kopi Lelet, Tradisi Ngopi untuk yang Berjiwa Seni
Sayangnya, keberhasilan budi daya arabika tidak menular. Seluruh benih arabika yang ditanam gagal panen. Petani Lampung akhirnya kembali ke kodrat dan tradisinya sebagai prosesor kopi robusta.
Sepertinya Lampung memang menjadi bumi robusta. Sehingga tanaman kopi robustalah yang berkembang di sana.