Perang Dunia, Kopi Instan dan GI Joe

Sejarah  

Bagi sebagian besar orang, kopi adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak lengkap jika belum menyeruput kopi. Kapanpun waktunya dan bagaimanapun kondisinya, bahkan saat perang, secangkir kopi tidak boleh terlewatkan.

Berbicara mengenai perang, seperti yang saat ini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia pascainvansi Rusia ke Ukraina, ada cerita bagaimana kopi menjadi hal yang sama pentingnya seperti amunisi bagi seorang prajurit. Pada perang saudara di Amerika Serikat dulu, para prajurit biasa membawa biji kopi disamping amunisi dan logistik makanan mereka. Kala itu, bahkan senjata yang mereka gunakan juga difungsikan sebagai grinder darurat untuk mengiling kopi.

Bagi mereka, menikmati kopi selain untuk mendapatkan energi, juga sebagai cara 'healing' dari kondisi perang yang mengerikan. "Tidak ada yang bisa menjadi tentara tanpa kopi," tulis seorang anggota kavaleri Union dalam buku hariannya di akhir Perang Saudara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga: Video Pasukan Rusia yang Ditangkap Ukraina Tangannya Diikat ke Belakang

Perang Dunia 1 ikut mempopuler kopi instan atau kopi sachet yang masih bertahan hingga saat ini. Awalnya, kopi instan bukan diciptakan khusus untuk prajurit yang berada di medan perang. Namun, kopi jenis itu diciptakan agar orang-orang bisa dengan mudah dan cepat menikmati secangkir kopi, seiring munculnya fenomena first wave atau gelombang pertama kopi.

Penemuan kopi instan berawal dari kreasi seorang ahli kimia Jepang yang bekerja di Chicago bernama Satori Kato. Pada tahun 1901, Kato mengembangkan kopi instan yang mudah larut hanya dengan diseduh air panas saja. Melalui perusahaan Kato Coffee Co, kopi instan tersebut kemudian ditawarkan dalam pameran PAN-Amerika, dan mendapat respon yang baik dari publik. Dua tahun kemudian Sato menerima paten untuk kopi instan tersebut. Namun, orang yang pertama memproduksi kopi instan secara massal adalah George Washington, seorang penemu Anglo-Belgia. Melalui perusahaan Washington Coffee Refining Co., George menjual kopi instan secara massal dengan nama "Red E Coffee" pada tahun 1910.

Baca juga: Rasa Kopi Honey Sudah Manis Walau tanpa Ditambah Gula

Pada 6 April 1917, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman, dan dimulailah keikutsertaan Negeri Paman Sam pada Perang Dunia I. Kondisi ini membuat permintaan akan kopi instan mengalami lonjakan. Militer Amerika Serikat membutuhkan 37.000 pon bubuk kopi per hari untuk para prajuritnya yang berperang di Eropa. Kopi instan terutama dikirimkan untuk prajurit yang berada di garis depan. Saking terkenalnya, para prajurit AS yang berperang menyebut kopi yang mereka minum dengan nama 'secangkir George'.

Kopi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh prajurit dalam berperang, selain makanan dan amunisi. Bahkan, terkadang karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyeduh kopi, prajurit-prajurit itu terpaksa mengunyah serbuk kopi. Popularitas kopi instan terus meningkat meski Perang Dunia I berakhir. Kemudian pada tahun 1938, Nestle berhasil mengembangkan teknik lebih baik dalam memproduksi kopi Instan, dan meluncurkan kopi jenis tersebut dengan nama Nescafe. Produk ini langsung mendominasi pasar kopi instan global.

Baca Juga: Lelah Jalan-Jalan di Ragunan? Kalian Bisa Nongki di Kedai Kopi dengan Sensasi Bali

Kopi instan tetap menjadi pilihan untuk para prajurit hingga Perang Dunia ke-2 pecah. Tentara dari Amerika Serikat saat itu dikenal sebagai yang paling menyukai meminum kopi. Kala itu, mereka menyebut kopi dengan nama 'Joe' yang dianggap merupaka kata slang perpaduan dari Java dan Mokha.

Bahkan hingga kini banyak pihak yang menilai nama GI Joe yang merujuk pada tentara AS, disematkan karena dulu mereka dikenal sebagai tentara yang hobi minum kopi.

Sumber: NPR.ORG

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Bacaan ringan untuk menemani minum kopi atau teh

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image