Petani Kopi Diminta Gabung ke Koperasi
JAKARTA — Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyarankan petani kopi untuk bergabung dengan koperasi. Ini merupakan strategi agar kopi mereka bisa menembus pasar global.
Ini disampaikan Teten pertanyaan petani kopi di Aceh Tengah yang tergabung dalam koperasi produsen Gayo Highland, tentang kecilnya keuntungan petani maupun koperasi dalam ekspor kopi. Kecilnya keuntungan karena ekspor masih harus melalui perantara atau mitra.
Teten memberikan beberapa solusi strategis bagi petani kopi dan koperasi kopi di Aceh Tengah agar mampu menembus pasar global. "Pertama, saya mengusulkan yang berhubungan langsung dengan /buyer bukan petani, melainkan koperasi petani kopi," ujar Teten.
Baca Juga:
Americano, Menu Kopi yang Lahir dari Perang Dunia ke-2
Kopi Hawai, Kopi dari Tanah Amerika Serikat
Menkop menyebutkan, arahan Presiden Jokowi memperkuat sektor pangan nasional dengan membangun /Corporate Farming di seluruh Indonesia. Jadi tidak ada lagi petani-petani perorangan berlahan kecil yang berhubungan dengan /buyer.
"Harus bergabung ke koperasi agar memiliki kualitas produk yang baik, efisien, dan masuk skala ekonomi," katanya.
Kedua, sambung dia, koperasi-koperasi petani kopi (primer) yang ada di Aceh Tengah, bergabung menjadi satu membentuk satu koperasi sekunder. Dengan begitu, produk kopi asal Aceh Tengah memiliki satu pintu untuk masuk pasar ekspor.
Baca Juga:
Viral tank Rusia Gilas Mobil Sipil Ukraina Sampai Gepeng
Viral Video Angon Kerbau di Sirkuit Mandalika
Teten berharap kualitas dan produktifitas kopi asal Aceh Tengah terus ditingkatkan. Dirinya mencontohkan Vietnam yang mampu memproduksi kopi sebanyak 2 ton per hektar, dengan kualitas bagus. "Kami akan terus mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas produk dan konsolidasi produk kopi," tegas Teten.
Demi memperkuat permodalan koperasi tersebut, ia memberikan solusi untuk memanfaatkan dana bergulir dari LPDB-KUMKM, yang bunganya super murah. Tujuannya, agar koperasi bisa memiliki kemampuan untuk membeli produk langsung dari petani. Termasuk dalam pengadaan Rumah Produksi Bersama.
"Sedangkan untuk onfarm-nya, yakni para petaninya, bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kluster," tegas dia.
Teten juga mengusulkan supaya petani di Aceh Tengah mampu mengombinasikan lahan untuk menanam kopi dan juga pisang. Dalam arti, ada substitusi musim tanam dan panen, antara kopi dengan pisang.
"Hasil kajian FAO menyebutkan pola tumpang-sari seperti itu, antara kopi dan pisang. Itu mampu meningkatkan pendapatan petani atau berpendapatan jauh lebih baik ketimbang hanya menanam satu jenis tanaman saja," tuturnya.