Minyak Goreng Langka, Sejak Dulu Kerupuk Melarat Cirebon Digoreng dengan Pasir

Melancong  
Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.
Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.

Berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat, belum sempurna ketika tidak membawa oleh-oleh atau mencicipi kuliner khasnya.Daerah yang terletak di timur Jawa Barat itu, mempunyai beragam kuliner khas, seperti empal gentong, tahu gejrot, nasi jamblang, dan kerupuk melarat.

Kuliner khas tersebut sangat mudah ditemui ketika berada di Cirebon, apalagi di jalan utamanya, banyak berderet papan reklame berukuran besar terpampang menunjukkan keberadaan kuliner khas asal Kota Udang itu.

Selain papan reklame, ketika masuk ke daerah tujuan wisata di Cirebon, maka pasti akan ditemukan kuliner khas berwarna-warni tergantung di depan kios warga untuk dijajakan.Kuliner khas itu dinamakan kerupuk melarat atau kerupuk mares singkatan dari "lemah ngeres" tanah berpasir.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Penamaannya bukan berarti dikhususkan untuk orang miskin, namun dikarenakan proses pembuatannya yang tidak menggunakan minyak goreng seperti pada umumnya.

Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.
Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.

Kerupuk melarat merupakan kuliner khas Cirebon yang tercipta saat masa sulit, meskipun belum diketahui secara persis tahunnya. Akan tetapi sejarawan Cirebon menyebut terciptanya kerupuk melarat saat ada tanam paksa atau "cultuurstelsel" pada masa penjajahan Kolonial Hindia Belanda.

Karena pada waktu Kolonial Hindia Belanda, masyarakat Cirebon dipaksa untuk menanam tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti gula, kopi, dan rempah lainnya.

Sehingga, masyarakat waktu itu tidak bisa menanam padi, karena semua tanaman sudah ditentukan oleh penjajah yang menerapkan "cultuurstelsel" atau tanam paksa.

Kondisi tersebut membuat masyarakat Cirebon tidak memiliki persediaan makanan yang mencukupi. Masyarakat hanya bisa menanam singkong untuk kebutuhan makan sehari-hari.

Pada masa sulit tersebut terciptalah makanan berbahan baku singkong, dan salah satunya adalah kerupuk melarat yang sampai saat ini terus dijaga oleh masyarakat Cirebon.

"Sejarah kerupuk melarat ini panjang, dan diciptakan saat masa sulit di Cirebon. Kurang lebih sekitar tahun 1830-an," kata Budayawan dan pemerhati sejarah Cirebon Mustaqim Asteja di Cirebon.

Menurut Mustaqim, kuliner khas Cirebon itu awalnya bernama kerupuk mares, namun seiring berjalannya waktu, banyak orang luar kota yang datang ke Cirebon, dan melihat proses memasaknya tanpa menggunakan minyak goreng, maka dinamakan kerupuk melarat. Kini kuliner tersebut sudah menjadi oleh-oleh khas yang wajib dibawa oleh wisatawan atau orang luar daerah yang mampir ke Cirebon.

Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.
Mudik ke Cirebon, tidak lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh kerupuk melarat yang digoreng tidak menggunakan minyak goreng, melainkan menggunakan pasir.

Produsen kerupuk melarat yang berada di Desa Gesik, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon Eli Marliyah mengaku usaha yang saat ini dijalankannya merupakan warisan turun temurun keluarga.

Sehingga cita rasa masih sama persis sesuai warisan dari orang tua mereka, dan hanya saja prosesnya kini sudah sedikit dibantu oleh mesin, meskipun tidak secara keseluruhan.

Pembuatan kerupuk melarat sendiri lanjut Eli masih sama persis, mulai dari penyediaan adonan dari tepung aci, pencetakan, pengukusan, penjemuran, dan penyangraian.

"Semua masih sama, seperti dahulu. Meskipun kini ada beberapa yang dibantu menggunakan mesin," kata Eli.

Ia bukanlah satu-satunya anak yang melanjutkan usaha dari keluarga, namun adik, keponakan, dan kerabatnya masih berprofesi sama. Karena hampir semua yang menjadi perajin kerupuk melarat di Desa Gesik, merupakan sanak saudara, dan mereka mewarisi keahlian keluarga.

Sementara perajin lain Nunu mengatakan kerupuk melarat tidaklah digoreng, melainkan disangrai menggunakan pasir sungai yang sudah dibersihkan terlebih dahulu.Proses tersebut memang sudah dilakukan semenjak dulu, bukan karena kelangkaan minyak goreng yang terjadi pada saat ini.

"Proses sangrai menggunakan pasir memang sudah sejak dahulu. Sehingga banyak yang menyebutnya kerupuk melarat, nama aslinya itu kerupuk mares," tutur Nunu.

Kerupuk melarat kini menjadi oleh-oleh khas Cirebon yang diburu para pelaku perjalanan, maupun wisatawan yang mampir ke daerah tersebut. Harganya ramah kantong, dan rasanya yang gurih membuat makanan khas itu menjadi salah satu buah tangan andalan.

Bahkan setiap menjelang Ramadhan, sebelum adanya larangan mudik, para perajin harus memproduksi lebih banyak lagi kerupuk melarat dari hari biasa. Karena momentum tersebut menjadi salah satu berkah bagi para perajin, dan juga pedagang kerupuk melarat, pasalnya banyak permintaan datang.

Pada tahun ini setelah dua kali Ramdhan perajin harus gigit jari dikarenakan pandemi, kini sudah mulai bangkit kembali, dan pesanannya pun telah melimpah. Pesanan itu datang dari toko oleh-oleh yang berada di Cirebon.

Padahal sebelum pandemi Covid-19 pesanan kerupuk melarat juga datang dari berbagai daerah khususnya daerah wisata. "Kerupuk ini banyak diburu warga luar daerah, yang mampir ke Cirebon. Hal ini dikarenakan Cirebon masuk jalur utama di wilayah utara pulau Jawa," kata Mustaqim.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tukang Ngopi, Tukang Jalan, Tukang Jajan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image