Resepsi di Tengah Kebun Kopi Merayakan Pernikahan Siti Kewe

Budaya  

Matahari mulai bersinar terik meski angin yang berhembus masih membawa rasa dinginnya pagi saat saya menginjakan kaki di sebuah perkebunan kopi yang berada di Kampung Hakim Wih Ilang, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Sejumlah orang telah berkumpul di kebun itu. Para pria nampak bersemangat membawa bibit pohon kopi ke pinggir lubang-lubang yang sudah disiapkan. Sementara para wanita, tampil cantik dengan busana khas petani kopi Aceh. Beberapa ada yang membawa bakul untuk memetik ceri-ceri kopi, dan sebagian lainnya nampak sibuk menyiapkan hidangan di rumah panggung yang terletak di pinggir perkebunan.

Kegiatan menanam bibit pohon kopi pun dimulai. Mereka kemudian mengitari lubang yang telah disiapkan, sesaat kemudian salah seorang membacakan sesuatu dalam bahasa Aceh.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Bismillah, Siti Kewe Kunikahen ko urum kuyu,

Weh Ken Walimu, Tanoh Ken Saksimu, Lao Ken Saksi Kalammu,"

'Mantra' itu yang dibacakan oleh petani-petani kopi di wilayah Aceh Tengah, kala mulai menanam pohon kopi di perkebunan mereka. Setelah itu, layaknya acara pernikahan, kami pun melanjutkan dengan makan-makan bersama di atas rumah panggung. Seperti juga resepsi pernikahan manusia, makanan khas Gayo yang bernama "asam jing" disajikan plus kopi Gayo Wine.

Ya, bagi petani-petani di wilayah Aceh Tengah, Kopi bukan sekadar tanaman yang bisa menghasilkan keuntungan. Lebih dalam lagi, kopi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam napas dan kehidupan masyarakat di Gayo, Aceh.

"Kopi kalau disini namanya Siti Kewe, Jadi Siti Kewe itu pohon kopi, ketika kita mau tanam ada semacam mantra atau kata-kata penghargaan. Jadi ketika mau menanam, kita menghargai dia seperti makhluk hidup selayaknya, jadi kita nikahkan dia dengan angin, air sebagai walimu, tanah sebagai saksimu, matahari sebagai saksi kalammu," jelas Terry Endahwahyuni, Ketua koper Produsen Bersama Mandiri Sejahtera (Kopsen Bahtera).

Terry mengungkapkan tradisi minum, menanam, merawat hingga mengolah kopi, sudah diwarisi secara turun temurun dari orang tua, kakek nenek hingga leluhur. Dari mereka, Terry diajarkan untuk memperlakukan tanaman kopi selayaknya manusia, sebab bagi masyarakat Gayo Aceh, kopi adalah napas kehidupan masyarakat.

Terry melanjutkan, bagi masyarakat Aceh, khususnya di wilayah Gayo, minum kopi tak mengenal batas waktu. Sejak bangun di pagi hari, bekerja di siang hari, hingga jelang beristirahat di malam hari, kopi selalu ada menemani. "Ngopi di Gayo sudah seperti minum air putih. Disini setiap orang yang bertamu ke rumah warga di Gayo pasti disuguhkan kopi," ucapnya.

Kentalnya budaya dan tradisi masyarakat Gayo juga terlihat dari pemilihan varietas kopi yang ditanam. Hal itu terlihat dari hanya varietas jenis Ateng atau Gayo 1 dan Gayo 2 yang ditanam di lahan-lahan perkebunan. Terry menjelaskan alasan mengapa hanya varietas itu yang dipilih oleh masyarakat. Pertama, karena adanya rasa bangga karena Gayo 1 dan Gayo 2 memang jenis asli dari wilayah Aceh Tengah, yang sudah diakui dan tersetifikasi. Kemudian, terkait citarasa, yang menurutnya jika varietas lain seperti sigarar utang dan lainnya ditanam di wilayah tersebut, maka rasa yang dihasilkan tidak sama.

"Jadi itu ceritanya, Siti Kewe dinikahkan di tanah ini rasanya sama dan selalu sama, jadi jika Gayo 1 dan 2 dinikahkan disini rasanya sama, kalau yang lain tidak sama karena bukan pasangannya," katanya sambil tertawa.

Meski kini budidaya tanaman kopi secara modern sudah sangat berkembang, Terry berharap para petani, khususnya generasi muda, tidak melupakan tradisi dan budaya terkait kopi yang sudah ada secara turun temurun. Dan yang terlebih penting, ia berharap masyarakat bisa kembali menjadikan dan melihat kopi sebagai komoditas yang bisa meningkatkan kesejahteraan.

"Dulu kopi adalah napas masyarkat, ke depan saya berharap kopi tetap menjadi kehidupan untuk petani kopi keseluruhan. karena kopi adalah kehidupan, setiap rasa dan cinta ada di dalam kopi," ujarnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Bacaan ringan untuk menemani minum kopi atau teh

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image