Kopi Jawa Barat Menggeliat, Bisakah Berjaya Seperti Gayo Aceh?

Cross Culture  
Salah satu produk kopi Jawa Barat   (Foto: Republika)
Salah satu produk kopi Jawa Barat (Foto: Republika)

JAKARTA — Sejak jaman Belanda, tataran Sunda dikenal memiliki kopi yang cita rasanya dahsyat. Tidak heran jika kopi Jawa Barat pernah merajai pasaran kopi di Eropa.

Tapi seiring dengan wabah kopi yang menghancurkan perkebunan kopi di Jawa Barat, ketenaran kopi di bumi priangan ini juga perlahan mulai menghilang. Dan di masa sekarang, kopi Jawa Barat seolah kalah pamor dengan kopi Aceh, Toraja, Bali, Simalungun, maupun kopi Samosir.

Pascawabah kopi, upaya membangun kembali perkebunan kopi di Jawa Barat sepertinya mengalami kegagalan. Tak heran jika kemudian kebun-kebun kopi di masa itu berubah menjadi kebun-kebun teh. Pada akhirnya teh menjadi minuman yang akrab di masyarakat Jawa Barat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca Juga:

Hukum Minum Kopi Luwak, Halal atau Haram?

Peluang Bisnis Itu Bernama Industri Kopi Rumahan

Tempat Ngopi Bernuansa Bali di Bawah Tol Andara

Praktisi kopi asal Jawa Barat, Muhammad Aleh mengakui memudarnya industri kopi di Jawa Barat. Setelah mengalami kehancuran, kopi di Jawa Barat mulai dirintis ulang sekitar tahun 2000-an.

Sebelum era 2000-an, kopi-kopi asal Jawa Barat lebih banyak terserap ke luar wilayah Priangan. Celakanya kopi Jawa Barat banyak yang kemudian diolah dan dicampur dengan kopi-kopi dari wilayah lain di Indonesia. Hal itu yang membuat brand kopi Priangan tak berkembang.

Pada 2005, mulai menjamur kedai-kedai kopi lokal, yang mengusung seduh manual. Varian kopi Jawa Barat seolah menemukan momentum, karena kedai kopi ini banyak menawarkan kopi-kopi yang berasal dari sebelas gunung di Jawa Barat. Mulai dari Cikuray, Papandayan, Malabar, Caringin, Tilu, Patuha, Halu, Beser, Burangrang, Tangkuban Perahu, dan Manglayang.

Dengan keberadaan kedai-kedai kopi ini, permintaan kopi asal Jawa Barat semakin tinggi. Terutama kedai kopi yang menyajikan single origin. “Selain itu permintaan untuk ekspor pun semakin banyak,” kata Kang Aleh.

Booming kopi-kopi asal Jawa Barat, kata Aleh, terjadi pada tahun 2016. Saat itu ada enam kopi asal Priangan yang masuk dalam kategori bercita rasa spesial dalam ajang Speciality Coffee Association of America Expo di Atalanta Amerika Serikat.

Keenam kopi itu adalah Kopi Malabar Honey, Kopi Java Cibeber, Kopi West Java Pasundan Honey, Kopi Andungsari, Kopi Mekarwangi dan Kopi Puntang. Dua kopi terakhir mendapat harga tertinggi dalam lelang di ajang tersebut.

Perkebunan kopi di Jawa Barat terus meningkat. Data Dinas Pertanian Perkebunan Jawa Barat, pada tahun 2019, tercatat luas perkebunan kopi Arabica sebesar 27.757 hektar.Dari perkebunan-perkebunan itu, total produksi kopi sebanyak 11.253 ton.

Sementara untuk kopi Robusta, total luas perkebunan mencapai 18.368 hektar. Total produksi perkebunan kopi Robusta di Jawa Barat sebanyak 9.616 ton.

Agar kopi Jawa Barat kembali ke masa jayanya, para pelaku usaha kopi harus terus mengembangkan kopi dan mengedukasi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat juga semakin tahu Jawa Barat punya kopi yang bagus dan enak-enak.

"Sekarang kan kopi Jawa Barat sudah selevel dan tidak kalah dari kopi-kopi Indonesia lainnya seperti dengan Toraja, Kintamani, Simalungun, Simosir. Kini kopi Jawa Barat sudah tidak lagi terasing di kampong sendiri,”ungkap Aleh.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tukang Ngopi dan Nge-Game

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image